Translate

Rabu, 30 Mei 2012

SEJARAH PONPES TARBIYATUNNASYI’IN

Sebagaimana lazimnya berdirinya pondok pesantren adalah semata-mata merupakan fadloll (anugrah) Allah SWT disamping jerih payah, kesabaran dan kegigihan perjuangan para pendirinya.
Pondok pesantren Tarbiyatun Nasyi’in Paculgowang terbilang salah satu pondok tertua di daerah Jombang. Pondok ini pertama kali didirikan oleh KH. Alwi pada tahun 1885. Pondok ini lahir didasari keinginan yang kuat untuk mempertahankan ajaran Islam dan rasa patriotisme yang tinggi dari pendirinya. Kenapa demikian, masalahnya Kyai Alwi yang berasal dari Klaten Jawa Tengah itu pada masa mudanya benci terhadap penjajah yang menyengsarkan kehidupan rakyat, yang akhirnya membuat hati pemuda Alwi berontak dan tidak puas terlebih setelah munculnya undang-undang tanam paksa yang diterapkan pemerintah Belanda yang bertujuan mengeruk kekayaan bumi Indonesia.
Al kisah, pada waktu itu penduduk daerah asalnya, Klaten dipaksa oleh Belanda menanami sawahnya dengan tanaman tebu. Pelaksanaan penanaman tersebut diawasi langsung olah sinder yang berasal dari Belanda. Sinder Belanda itu congkak dan kasar pada penduduk. Itulah yang membuat darah muda alwi bergejolak, merasa terhina. Pada waktu itu Alwi bersama-sama penduduk lainnya bekerja untuk membuat parit untuk ditanami tebu. Dengan diam-diam tanpa sepengetahuan rekan sekerjanya dan dengan keberaniannya parit yang digali untuk menanam tebu tersebut digunakan untuk menanam hidup-hidup sinder Belanda yang sedang mengawasi para pekerja. Ulahnya tersebut untuk beberapa saat tidak diketahui oleh pemerintah Belanda. Namun akhirnya tercium juga perbuatan tersebut . Merasa berbuatannya telah diketahui pemerintah Belanda  maka Alwi pun segera melarikan diri pergi mengembara ke Sumatra. Namun setelah beberapa  saat disana Beliau merasa kurang aman karena banyak dijumpai orang-orang Belanda. Dan akhirnya beliaupun kembali ke Klaten.
Dan atas saran serta restu orang tuanya, Beliau menyusul sanak keluarganya di Jawa Timur. Disana Beliau menetap di Desa Cukir. Pada waktu itu di Cukir sudah berdiri Pabrik Gula milik Belanda, maka Beliau merasa kurang aman. Akhirnya Beliau pindah ke Paculgowang yang berjarak dua kilometer dari desa Cukir. Bermula dari situlah pondok pesantren Tarbiyatun Nasyi’in lahir dan berkembang.
Bermula dari surau yang kecil, Beliau mulai berda’wah kepada para penduduk desa tersebut untuk dididik ajaran agama islam. Dengan tekun dan telaten Beliau memberikan pelajaran kepada penduduk yang menjadi muridnya. Disamping Ilmu agama yang mumpuni dan didukung oleh sikap dan keperibadian yang luhur maka semakin banyaklah penduduk yang menitipkan putra-putrinya untuk dididik dan diberi pelajaran ilmu agama. Murid-murid Beliau pun tidak terbatas dari desa Paculgowang saja Tetapi juga dari desa lainnya bahkan juga dari daerah asal Beliau yaitu Klaten Jawa Tengah.
Didalam mengajarkan ilmu agama KH. Alwi mengutamakan kitab-kitab Fiqih. Disamping itu Beliau juga mengajarkan ilmu Tasawuf, keteladanan, keperwiraan dan kebangsaan kepada para santri, karena waktu itu masih dalam keadaan terjajah. Sikap anti kolonial pada diri Beliau tetap tertanam, sehingga pada setiap kesempatan disela-sela pengajiannya, Beliau selalu menyampaikan sikap anti kolonialnya pada para santri. Rupanya dawuh seorang kyai yang luas, lugu dan sederhana sangat mengenang dan tertanam dilubuk hati para santrinya. Sehingga pada waktu Belanda membagi-bagikan sawah gogolan pada rakyat, semua santri dan penduduk Paculgowang tidak ada yang mau menerimanya, karena sikap antipati kepada Belanda. Hal itu berjalan hingga sekarang keadaan semacam itu karena sudah tertanamnya sikap antipati terhadap Belanda dan menganggap haram pemberian sawah dari Belanda yang merupakan sawah rampasan dari rakyat.

Sepeninggalan KH. Alwi pada tahun 1911 M, kedudukan Beliau diganti oleh KH Anwar, putera Beliau KH Anwar Alwi satu periode denga KH. Hasyim Asya’ri, pengasuh pondok pesantren tebuireng. Beliau dan KH. Hasyim Asya’ri adalah teman karib ketika sama-sama nyantri pada Hadrotussyekh KH. Kholil di Bangkalan Madura. Teman Beliau lainnya ketika mondok di Bangkalan  yang kemudian menjadi kiyai adalah KH. Abdul Karim pendiri pondok Lirboyo, KH. Ma’ruf Kedungloh Kediri. Selesai dari Bangkalan KH. Anwar melanjutkan pendidikannya di tanah suci Makkah, menjadi santri KH. Mahfudz asal termas pacitan.
Dalam mengasuh para santrinya KH. Anwar menjalin hubungan erat dengan KH. Hasyim Asya’ri, Hal ini ditandai dengan adanya pertiukaran santri yang mengaji pada dua kiyai tersebut. Adalah hal yang biasa bila santri paculgowang mengikuti pengajin di Tebuireng terutama pada bulan romadlon  dimana KH. Hasyim Asya’ri selalu membaca kitab hadits shoheh bukhori dan shoheh Mslim. Demikian pula sebaliknya, banyak pula santri Tebuireng yang mengaji di paculgowang kepada beliau yang punya kebiasaan membaca kitab tafsir Jalalain dan syarah hikam pada bulan romadlon.
Disamping menjalani hubungan erat dengan KH. Hasyim Asy’ari sebagai tanda persahabatan dan menunjang pendidikan para santri beliau, KH. Anwar tetap berhubungan dengan KH. Karim Lorboyo Sebagai manifestasi / pengejawantahan dari persahatan beliau berdua. KH. Anwar menerima Nyai Salamah puteri dari KH. Abdul Karim untuk di jodohkan denga putera beliau KH. Mansoer yang pada akhirnya menjadi pengganti setelah sepaninggal beliau pada tahun 1930 M.


Disaat santernya keluhan tentang merosotnya mutu pendidikan dan pengajaran agama islam, orang mulai menengok kembali kepada lembaga yang bernama Pondok Pesantren, yang selama ini nyaris dilupakan. Ini membenarkan pernyataan banyak orang, yang sering kita dengar, bahwa mutu penguasaan kepada ajaran dan keilmuan islam tidak mungkin tercapai tanpa kemampuan memahami teks kitab kuning yang Notabenenya adalah memakai bahasa arab, suatu kemampuan yang oleh mereka katakan tidak banyak dimiliki lagi, bahkan oleh sarjana perguruan tinggi agama islam.
Dari segi kemampuan membaca kitab kuning, dunia pesantren masih dibilang beruntung. Akan tetap masih banyak Pondok Pesanten yang menurunkan penguasaan kitab kuning bagi lulusannya. Hal ini disebabkan Karena merasa di tuntut untuk membagi perhatiannya, untuk menyelenggrakan pendidikan formal, dalam arti harus menambah studi umum.
Namun ada sebagian pondok yang masih mempertahankan corak keasliannya (pesantren salaf) sambil berharap mudah-mudahan para lulusannya juga bisa menjadi kader yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa, sebagaimana yang diharapkan oleh lembaga pendidiakan lain.
Pada kenyataannya sedikit sekali pesantren yang mampu mempertahankan ciri kesalafannya secara total. Padahal pesantren salaf masih sangat dibutuhkan, mengingat keberhasilannya dalam membina penguasaan kitab kuning yang masih belum tergantikan. Mempertahankan kesalafan adalah tugas yang berat mengingat animo masyarakat mulai berkurang dan cenderung meninggalakan pondok pesantren salaf ini, sambil menduga bahwa pesantren salaf  “tidak bisa memberikan jaminan bagi masa depan” Bisa jadi sebuah pesantren salaf akan kehilangan santrinya.

KEMIMPINAN KH.ALWI ( 1900-1911 M )
Pondok pesantren Tarbiyatunnasyi’in pacul gowang ini dididirikan oleh beliau kurang lebih tahun 1880 M. Pondok ini awalnya dari musholla kecil yang dipergunakan sebagai tempah ibadah dan mengajar ilmu agama pada para penduduk setempat. Setelah beberapa lama berselang, kemudian ada beberapa penduduk setempat yang minitipkan anaknya kepada beliau, bahkan ada yang berasal dari Jawa Tengah. Setelah dirasa jumlah santri cukup banyak maka dibangunlah sebuah bangunan yang sangat sederhana disebelah selatan musholla (sekarang Masjid ), untuk dijadikan asrama santri. Semakin hari santri semakin banyak sehingga asrama tidak dapat memaadai, Maka pada tahun 1900 M dibangunlah sebuah bangunan yang sangat besar yang terletak di sebelah selatan musholla, dan bangunan ini sekarang dikenal dengan nama komplek Al Hidayah. Untuk mengenang dan mengharap nilai barokahnya, komplek tersebut sengaja dipetahankan bentuk bangunannya yang berarsitek Jawa kuno

KEPEMIMPINAN KH. ANWAR ALWI ( 1911 – 1929 M)
 Setelah tahun 1911 M KH. Alwi berpulang ke Rahmatulloh, KH. Anwar kemudian menggantikan kedudukan KH. Alwi Almarhum sebagai pengasuh pondok. Beliau adalah santri KH. Kholil Shohibul Fadhilah yang telah menyelesaikan pendidikan di tanah suci Makkah Al Mukarromah. Beliau adalah sahabat dekat KH. Hasyim Asy’ari pendiri pondok pesantren Tebuireng yang juga kawan akrab Hadrotul kirom KH. Abdul Karim Pendiri Pondok pesantren Lirboyo.
KH. Anwar tidak melakukan perubahan-perubahan besar, kecuali mengembang-kan kitab kuning. Tercatat beliau sering mnyelenggarakan kitab kuning yang besar baik pengajian tahunan ataupun pengajian kilatan bulan Romadlon. Pada masa inilah Tafsir Jalalain mulai dijadikan wiridan yang dibaca setiap ba’da Ashar. Tradisi menjadikan kitab Tafsir Jalalain sebagai wiridan, juga dilakukan dipesantren lain. Kitab Syrh Hikam juga merupakan yang sering beliau baca. Kegiatan beliau sehari-hari dihabiskan dengan duduk bersila membaca kitab untuk santri-santrinya maupun putra-putrinya. Selain itu beliau sangat rajin mutholaah kitab.
Pada masa KH. Anwar ini jumlah santrinya tercatat lebih besar dibanding dengan masa sebelumnya, baik yang bermukim maupun yang nduduk ( santri kallong ) santri-santri tersebut tidak saja datang dari Jombang dan sekitarnya tetapi juga datang dari daerah lain.
KEPEMIMPINAN KH. MANSHUR ANWAR ( 1929 – 1983 M )
Setelah Hadrotul KH anwar Alwi wafat pada tanggal 9 Jumadil awal 1348 H atau 1929 M lalu tampillah KH. Manshur putra ketiga KH. Anwar yang pada masa kecil bernama Abdul Barr sebagai pengasuh Pondok menggantikan ayah handanya. Beliau terkenal sebagai seorang kyai yang sabar, tekun dan telaten sekali serta sangat disiplin dalam mendidik santri-santrinya maupun putra-putrinya. Beliau adalah putra menantu Almaghfurlah KH. Abdul Karim Lirboyo.
Pada masa kepemimpinan beliau inilah pondok pesantren Paculgowang mempunyai nama resmi “ Tarbiyatunnasyiin”. Nama tersebut merupakan ide dari beliau KH. Manshur selain meneruskan sistim pengajaran yang telah digariskan oleh ayahhandanya, juga menyelenggarakan pendidikan dengan sistim sekolah. Beliau mendirikan Madrasah Salafiyah yang sama keberadaannya dengan Madrasah tingkat Ibtidaiyyah. Meskipun jenjang pendidikannya hanya untuk belajar ditingkat permulaan, tapi Madrasah ini merupakan Madrasah yang pertama kali didirikan di Paculgowang dan termasuk salah satu Madrasah tertua di Jombang selain Tebuireng, Tambakberas dan Denanyar. Madrasah tersebut sekarang ini kita kenal dengan Madrasah Ibtidaiyyah Salafiyyah Paculgowang, berdiri 1 Januari 1931 M.
Berbeda dengan KH. Anwar, KH. Manshur dalam perjuangannya lebih menonjol dalam bidang organisasi, meskipun demikian kegiatan pendidikan dipondok pesantren tidak pernah diabaikan. Tak ada yang menyangkal bahwa KH. Manshur lah salah satu tokoh yang membentuk dan mengkoordinasi pengajian umum yang diselenggarakan oleh jamiyyah NU dikecamatan Diwek. Serta beliau seorang pejuang yang mempertahankan kemerdekaan. Beliau memimpin perjuangan kelompok Mujahidin Hizbulloh didaerah Surabaya selatan.
Disamping itu juga beliau mengajarkan kitab-kitab kuning dengan sistim bandungan, wetonan dan sorogan serta mengajarkan membaca Alqur’an pada anak-anak Paculgowang dan santri-santri pondok yang belum dewasa serta belum bisa membaca kitab suci al qur’an. Pada zaman KH. Manshur ini jumlah santri tidak mengalami pelonjakan, jumlah santri ketika itu berkisar antara 30 sampai 50 orang. Keadaan semacam ini berlangsung hingga beliau wafat.
Untuk menampung para santri, KH. Manshur membangun bangunan sebagai asrama tempat tinggal santri, yaitu sebuah bangunan bertingakat dangan enam kamar disebelah barat masjid yang sekarang dikenal dengan nama komplek B Al kautsar, serta sebuah bangunan dibelakang ndalem KH. Manshur yang sekarang kita kenal dengan nama koplek C Tirtojoyo.

KEPEMIMPINAN  KH. M. ABDUL AZIZ MANSUR
(1983 Sampai sekarang )
Pertumbuhan Pondok Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in Pacul Gowang Jombang dengan bertambahnya waktu mengalami dinamika yang pesat ketika diasuh oleh KH. M. Abdul Aziz Manshur hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
1.    Sistem yang diterapkan berupa Madrasah Diniyah yang berkelas dan berjenjang yang disesuaikan dengan Madrasah Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo Kediri.
2.    Bertambahnya waktu pengajian baik yang ditangani oleh Romo Kyai ataupun para khodim  beliau.
3.    sistem kepengurusan mengacu pada tatanan dan aturan organisasi, serta pengembangan Open Managemen yang dipantau langsung oleh Romo kyai.
4.    Semakin nampaknya karakter ( Maziyzah ) Pondok Pesantten sebagai lembaga Tafaqquh Fiddin.

Akibat dari sebab-sebab itulah perkembangan kemajuan Pondok Pesantren semakin nyata, yang ditandai dengan munculnya lembaga-lembaga baru dibawah naungan Yayasan Tarbitun Nasyi’in ( YAMTASI ) antara lain :

-    Pada tanggal 17 Syawal 1406 H/1986 M. Madrasah resmi dibuka oleh kakak beliau K.H. Anwar mansur selaku pengasuh PP. Putri Hidayatul Mubtadiat Lirboyo Kediri.
-    Pada tahun yang sama berdirilah Pondok Pesantren Tarbiyatun Nasyi’at.

Setelah dua institusi berjalan setapak demi setapak, maka semakin hari kian menunjukan sikap kedewasaanya. Setelah dianggap dewasa, lembaga Tarbiyatunnasyi’in mencoba mengembangkan sayapnya untuk lebih memantapkan ilmu keagamaan dan pengabdian pada masyarakat lingkungannya tanpa mengurangi ciri khas kesalafan yang ada, akhirnya muncul lembaga-lembaga yang baru diantaranya:

A.    UNIT PENDIDIKAN FORMAL:
1.    RA ( Raudlotul athfal )
2.    MI ( Madrasah Ibtida’iyah)
3.    Madrasah Diniyah Ibtidaiyah
4.    Madrasah Diniyah Tsanawiyah
5.    Tahassus AL Qur’an
6.    Tahassus Kitab Kuning
7.    Munadhoroh
8.    Forum Tahassus Fathul Qorib
Lembaga ini merupakan forum diskusi masalah-masalah fiqih dengan acuan pokok kitab fathul qorib dan didukung dengan acuan kitab-kitab lain yang diikuti oleh kelas V Ibtida’iyah sampai kelas III Tsanawiyah yang ditangani oleh  Majlis Musyawarah Madrasah ( M3TN ) dan di katrol langsung oleh Kepala Madrash Diniyah.
9.     Taman Pendidikan AL Qur’an (TPQ)
Lembaga ini muncul karena ada semangat pengelola Tarbiyatunnasyi’in untuk ikut andil dalm membudayakan dan memasyarakatkan AL Qur’an kepada tunas-tunas bangsa dan calon pemimpin masa depan serta mencetak santri yang qur’ani
10.    Pendidikan Setara SMPNR-SMUTN
Lembaga ini dikelola oleh Drs. Abdul Mun’in Sholeh M Ag. dan sebagai penyelenggaranya adalah KH. M. Abdul Aziz Mansur sendiri, Lembaga ini dimaksudkan untuk meperluas wawasan/SDM santri dan membuka kemungkinan-kemungkinan untuk melanjutkan kejenjang sekolah formal yang lebih tinggi.

B.    UNIT PENDIDIKAN NON FORMAL

1.    Pengajian kitab kuning
2.    Pengajian Tahfidhul Qur’an
3.    Pengajian kilatan
4.    Bahtsul Masa’il
5.    Seni hadroh AL Banjari
6.    Ketrampilam Computer, Bordir, Pupuk bokashi elektronik dan lain-lain
7.    KOPONTREN
8.    FORUM MUSYAWARAH (FMPPTN)

C.    ORGANISASI  DAERAH ( ORDA )

Disamping tugas utama santri adalah belajar, para santri juga dibina dan dididik dalam organisasi-organisasi daerah yang ada. Dengan harapan Ekstra kulikuler ini bisa menjadi wahana latihan dan pembelajaran santri yang mana ketika pulang nanti mampu memback up masyarakat sekitarnya. Adapun di Pondok Pesantren Tarbiyatunnasyi’in sendiri sekarang sudah terbentuk organisasi daerah antara lain: FOKSATJ, FORSAMA, FILASTA, KESIP, ISPAP, ISTAJABA, IKASASTRA.

TUJUAN
Sebagaimana Pesantren lain, Pondok Pesantren Tarbiyatunnasyi’in didirikan dengan tujuan yaitu membentuk pribadi Muslim yang berilmu dan bertaqwa kepada Allah SWT. Berakhlaqul karimah, dan mandiri untuk mengabdi kepada Nusa dan Bangsa, serta Agama.

KURIKULUM
Kurikulum Pondok Pesantren Tarbiyatunnasyi’in terbagi menjadi dua bagian
1.    Ditangani oleh pengurus Pondok Pesantren, hal ini besifat kondisional/ disesuaikan dengan kebutuhan santri
2.    Ditangani oleh Pengurus Madrasah, yang trebagi menjadi dua tingkatan Ibtida’iyah dan tingkatan tsanawiyah.
Pengadaan ini khusus mengajarkan pelajaran agama dan mengacu pada kurikulum Pondok Pesanten Hidayatul Mubtadi’in (LIRBOYO) diantaranya: Ilmu Nahwu dan Shorof mulai dari yang paling dasar sampai tingkatan yang paling tinggi seperti Qo’idah Fiqhiyah, usul fiqih, hadits, ilmu hadits, ilmu tafsir, Alfiyah, Balagoh, manteq, arudh, falaq dan lain-lain dengan modifikasi seperlunya.

PONDOK PESANTREN PACULGOWANG SEKARANG

Pondok Pesantren yang merupakan cikal bakal pendidikan agama dan pembinaan para santri, tentu harus ada unsur-unsur penunjangnya, sehingga baru bisa dikatakan Pondok Pesantren, diantara penunjang itu adalah adanya asrama bagi para santri.
Untuk itu PP Tarbiyatunnasyi’in dalam menunjang aktifitas dan interaksi antara santri dan pengurus pondok pesantren, dimunculkan komplek seperti: Al Hidayah, Al Badar, Al firdaus,  Al kautsar, Tirtojoyo, dan Al mansuroh. Dan masing-masing asrama santri tidak dipilah-pilah sesuai dengan daeahnya masing-masing, dengan maksud agar santri mampu mengenal daerah lain dan tak hanya monoton pada dearahnya sendiri. Selain itu untuk menunjang kesejahtraan para santri yang berjumlah kurang lebih 360 santri pondok pesantren Tarbiyatunnasyi’in dalam kesehariannya menyediakan:
1.    Kantor Pondok              6. Ruang tamu
2.    Masjid                   7. Kamar mandi & WC
3.    Perpustakaan YAMTASY           8. Aula
4.    Koperasi                   9. Unit dapur
5.    Kantin                 10. Gudang
Kemudian untuk potret pondok Pesantren Putri Tarbiyatunnasyiat dalam mempermudah aktifitas dan interaksinya antara santri dan pengurus diadakan pula pengklasifikasian komplek-komplek antara lain: komplek Al hikmah, Darunnajah, Darussalam, Al wardah, Baitushofa, Al Mawaddah dan Al azhar. Dan untuk menunjang para  santri dalam kesehariannya yang berjumlah kira-kira 250 santri fasilitas kesejahteraan yang disediakan antara lain: Mushola, Kantor Pondok, Ruang tamu, Aula pertemuan, Kantin, Dapur umum, Kamar mandi, dan lain-lain.

ALUMNI PESANTREN PACULGOWANG
Alumni dari paculgowang pada umumnya melanjutkan langkah perjuangan Ulama-ulama terdahulu. Ini semua terbukti ada beberapa sanrti yang membuka pondok pesantren baru didaerah asal mereka. Disamping itu banyak juga para alumni yang menjadi Da’I, bahkan akhir-akhir ini banyak lembaga-lembaga yang meminta satu dua alumni untuk diperbantukan dilembaga yang mereka bina. Ini menunjukan pangsa pasar alumni paculgowang cukup bagus ditengah masyarakat. Semua ini tidak lepas dari kerja sama dan kerja keras dari unsur-unsur terkait yang ada di pesantren ini. Sehingga dapat memenuhi para konsumen dan bisa diterima ditengah masyarakat.
Untuk merealisasikan cita-cita pondok yang luhur dan suci, yang mana didalamnya melibatkan para alumni, maka setiap 5 tahun sekali para alumni mengadakan temu kangen yang diadakan dipaculgowang tempat asal mereka Nyantri. Hal ini dimaksudkan agar para alumni yang sudah menyebar didaerahnya masing-masing mampu menyatukan visi dan misi yang sama dan bisa memberikan informasi masalah-masalah yang terjadi dimasyarakatnya untuk diselesaikan bersama dengan para pengasuh dipondok pesantren  Tarbiyatunanasyi’in.

USAHA-USAHA KEBAIKAN UNTUK MASA DEPAN
Mengingat semakin besarnya minat dan kepercayaan masyarakat kepada podok Pesanten Tarbiyatunnasyi’in, hal ini terbukti dari tahun ketahun banyak santri yang berdatangan dari berbagai penjuru tanah air, sehingga sarana dan prasarana yang ada kurang mencukupi, hal ini disebabkabkan naiknya jumlah santri yang ada, dan tentunya untuk melangkah kedepan Tarbiyatunnasyi’in berbenah diri dan memerlukan perhatian yang khusus dari semua pihak yang ada.
Dan Alhamdulillah berkat do’a dan parsitifasi semua pihak serta usaha para pengurus, pembangunan fisik Pondok Pesantren Tarbiyatunnaasyiin semakin hari semakin ada peningkatan. Selain dari program kegiatan pendidikan ini, yang sesuai dengan tujuan pesantren adalah membentuk pribadi muslim yang berilmu, bertaqwa, berakhlakul karimah dan mandiri yang akhirnya menjadi generasi muslim yang konsekwen dan  memiliki ilmu yang amaliyah  pun juga amal yang ilmiyah. Dengan demikian, maka perlu adanya peningkatan mutu dan pengembangan unit-unit pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman sekarang ini. Untuk menunjang terlaksananya tujuan tersebut, maka dibutuhkan:
1.    Pembangunan sarana dan prasana pendidikan serta asrama putri. Dalam hal ini diadakan  perluasan lokasi dan penambahan gedung Madrasah, gedung asrama santri putra putri dan sarana sanitasi.
2.    pengembangan pendidikan dengan selalu membenahi serta menyempurnakan kurikulum maupun sistem pendidikan dan program pendidikan.
3.    penambahan kegiatan-kegiatan yang bersifat mendukung yang diadakan secara berkala.
4.    meningkatkan kegiatan ekstrakulikuler baik dipondok pesantren, Madrasah, komplek dan organisasi daerah yang ada.



imam ibnu malik

IBNU MALIK
(1208-1274 M)
Beliau lahir pada 597 H. Di Kota Al- Jayyan yang merupakan bagian dari wilayah Andalusia Spanyol. Beliau bernama Muhamad bin Abdillah bin Malik dan mendapat laqob Jamaludin dan Kunyah Abu Abdillah. Nama beliau yang terkenal adalah Ibnu Malik dengan menisbatkan nasabnya kepada kakeknya. Hal ini dikarenakan ta’adub dengan Rasulullah, karena nama beliau dan Rasullah sama yaitu Muhammad, begitu pula ayah beliau dengan nama ayah Rasulullah sama. Yaitu Abdullah, selain itu karena nama kekeknya lebih terkenal dibanging nama ayahnya.

KOTA ANDALUSIA
Kota Andalusia merupakan daerah yang terkenal kesuburannya dan banyak menghasilkan buah-buahan. Dahulu daerah ini dihuni oleh orang-orang Islam. Keberadaan kaum muslim pada saat itu sangat kuat, sehingga musuh dari luar tidak dapat masuk apalagi menguasainya. Bahkan musuh Islam sama ketakutan dan banyak yang meminta perlindungan keamanan pada penduduk Andalusia. Kemudian diantara orang-orang Islam itu terjadi perpecahan, sehingga pertahanan mereka yang asalnya kuat menjadi lemah dan keropos dari dalam. Keadaan seperti inilah yang dimanfaatkan orang-orang Nasrani untuk menaklukkan Kota Andalusia sampai sekarang.

MASA MENCARI ILMU DAN MENGAJARKANNYA
Untuk meningkatkan wawasan dan ilmunya beliau pindah ke tanah Halb. Dikota inilah beliau belajar ilmu lughat Arab, mazhab dan lain-lain. Situasi pada saat beliau lahir (abad VII H) mulai kacau, kekuasaan Bani Abbasiyah semakin berantakan. Di pihak lain Dinasti Saljuk terus mengalami kemajuan di sejumlah wilayah timur. Tahun 656 H. Pasukan Holagu menyerbu Baghdad, mereka berhasil menguasainya berkat bantuan menteri Ibnu Al- Qami, seorang pengikut Syiah. Maka berakhirlah kekuasaan Abbasiyah dan Saljuk. Sementara itu perang Salib yang berlangsung cukup lama ditambah serbuan-serbuan pasukan Inggris dan Raja Syiria, telah mengakibatkan Dinasti Ayyubiyah di Mesir semakin lemah. Tahun 648 H. Dinasti ini hancur.
Keadaan kota kaum muslimin di Andalusia juga sangat rapuh, sehingga membuka peluang Spanyol untuk masuk dan menguasainya. Keadaan ini mengakibatkan aktivitas ilmiah praktis terhenti dan bergeser ke arah taklid. Tradisi menulis memasuki era baru yaitu penulisan matan dan mukhtashar (ringkasan). Selanjutnya perhatian ulama tertuju pada pensyarahan (memberi penjelasan-penjelasan) pada kitab-kitab matan. Hal ini menunjukkan penurunan kualitas intelektual pada masa itu, pemikiran mereka hanya diarahkan untuk mengkaji teks-teks pendahulunya dan tidak lagi memahami sumber-sumber hukum dan menarik kesimpulan daripadanya. Kalaupun ada ulama’ yang melakukan ijtihad itupun sangat langka.
Sejumlah pemikir ushuliyyin (teori fiqh) yang lahir pada abad ini adalah Ibnu Qudamah (dari mazhab Hambali), Al- Amidi dan Al- Baidlowi dari Madzhab Syafii, Ibn Al- Hajib dan Al- Qarafi dari mazhab Maliki.
Ketika peperangan berkecamuk beliau Imam Ibnu Malik tetap bersemangat untuk terus meneruskan perjuangan beliau sebagai seorang pelajar dengan cara memperdalam ilmu-ilmu lughot, fiqh hadis, tafsir, mazhab dan lain-lain di Kota Damaskus. Beliau yang asalnya bermazhad Malikiyah, akhirnya pindah ke Syafiiyah. Berkat ketekunan beliau, akhirnya menjadi Imam yang terkenal dibidang lughot Arab, Hadis dan Tafsir.
Diantara guru-guru beliau adalah Imam Ibn Yais, Muallif syarah kitab Mufasshal, Tsabit bin Khiyar, Ibn Hajib, dan Abu Ali al- Salupin. Dan diantara murid beliau adalah Imam Abu Zakaria Muhyidin al- Nawawi yang lebih terkenal dengan sebutan Imam An Nawawi, yang beliau sebutkan dalam nadham Al- Fiyyahnya, yaitu ورجل من الكرام عندنا. Ibn Nuhas, Ibn Athas, Ibn Abu Fath dan putra beliau Badruddin yang semuanya menjadi ulama’ besar.

KEISTIMEWAAN DAN KEUTAMAAN BELIAU
Beliau adalah kepala Madrasah Al- ‘Adiyah di Damaskus, sedangkan hakim besar dan muftinya adalah Ibn Khaliqan. Beliau selalu shalat dibelakang Imam Ibnu Malik dan selalu memegang tangan Ibnu Malik untuk diantar kerumahnya. Semua itu dilakukan untuk mengagungkan derajat Imam Ibnu Malik. Diantara keagungan beliau adalah tidak pernah membaca ilmu dalam keadaan hadas dan selalu menghadap kiblat. Semua itu beliau lakukan mengikuti gurunya yaitu Syekh Ibnu Hajib.

KARYA-KARYA IBNU MALIK
a.    Kitab Al- fiyyah yang disebut juga Al- Khulashah
b.    Al- Kafiyah dan syarahnya
c.    Kitab Kamal Al- Umdah dan Syarahnya
d.    Kitab Lamiyah al- Afal (shorof)
e.    Kitab Tashil dan syarahnya
f.    Kitab Al- A’la
g.    Kitab Al- Taudlih
h.    Kitab Fawaid al- Nahwiyah wa al- Maqasid al- Nahwiyah
i.    Kitab Qasidah al- Thaiyah
j.    Kitab Tashil al- Fawaid
Karya beliau yang sangat terkenal dan digunakan di seluruh dunia terutama di dunia pesantren di Indonesia adalah kitab Al-Fiyyah Ibnu Malik yang berisi pokok-pokok dan (hampir keseluruhan ilmu Nahwu dan Sharaf).

KISAH IBNU MALIK MENGARANG KITAB AL-FIYYAH
Imam Ibnu Malik ketika mengarang Kitab Al-Fiyyah, setelah mendapatkan seribu bait, beliau ingin menulis kembali hasil karyanya. Namun ketika sampai bait فائقة منها بالف بيت  (al Fiyyah Ibnu Malik mengungguli Al- Fiyyah Ibnu Mu’thi dengan menggunakan seribu bait) beliau tidak mampu meneruskan karangannya dalam beberapa hari. Kemudian beliau bermimpi bertemu seseorang dan orang itu bertanya : “Katanya kamu mengarang seribu bait yang menerangkan ilmu nahwu ?”. beliau menjawab “Ya”. Lalu orang itu bertanya : “Sampai dimana karanganmu ?” lalu dijawab :”Sampai bait فائقة منها بالف بيت “ , “Apa yang menyebabkan kamu tercegah menyempurnakan bait itu ?” lalu dijawab “Entahlah, saya tidak mampu sejak beberapa hari”, lalu ditanya : “Apakah kamu ingin menyempurnakannya ?” dijawab : “Ya!”. Lalu orang itu berkata “Orang yang masih hidup bisa saja mengalahkan seribu orang yang mati”. Ibnu Malik bertanya : “Apakah engkau guruku (Imam Ibnu Mu’thi) ?”. lalu dijawab “Ya!”. Kemudian Imam Malik merasa malu. dan pagi harinya menggantikan bait bait di atas dengan : وهو بسبق حائز تفضيلا مستوجب ثنائي الجميلا. Setelah itu beliau mampu meneruskan karangan beliau hingga sempurna.

Majelis musyawaroh madrasah tarbiyatunnasyiin

POTRET M3TN
(Majlis Musyawarah Madrasah Tarbiyatun Nasyi’in )

Sebagai penunjang pendidikan di MTN, dan juga upaya pengejawentahan dalam meningkatkan dan mengembangkan bakat serta kreatifitas para siswa/I   agar bisa menyikapi realita yang ada dengan tidak melepaskan kaidah-kaidah hukum yang mereka dapatkan dikelas , maka didirikanlah sebuah organisasi dengan nama M3TN, sebagai wadah latihan sekaligus penyalur aspirasi siswa/I dengan program extra kurikulernya. Sebenarnya keberadaan forum diskusi ( Musyawaroh ) di Madrarsah Tarnasyi sudah berlangsung sejak dulu, seperti Forum diskusi masalah-masalah Fiqih dengan acuan pokok kitab Fath Al Qorib dan Tambahan kitab-kitab yang lain.
Awal mula terbentuknya M3TN dipelopori oleh sdr. Mubarrir dari Ciamis sekitar Tahun 1990-an, dengan kepemimpinan tunggal antara Putra-putri dan hal itu merupakan kendala tersendiri dalam merealisasikan program-programnya. Tapi memang keadaanlah yang memaksa untuk disatukan antara putra putri pada saat itu. Sebab karena minimnya kwantitas siswa siswi yang pada saat itu tidak memungkinkan untuk berdiri sendiri, Baru setelah beberapa tahun seiring dengan berputarnya waktu  dan pula bertambah nya siswa-siswi , serta kurang leluasanya dibawah kepemimpinan tunggal antara putra dan putri. Namun itu tidak bisa secara langusung terealisasikan karena ada kekhawatiran tentang kemandiria dan kurangnya persiapan untuk dipisahkan pada saat itu.
Baru pada tahun 1997 M terbentuklah dua kepemimpinan dibadan M3TN dengan menampilkan duet Sdr. Zaenal Muttaqin sebagai ketua M3TN putra dengan Nihayatul Muna Sebagai ketua M3TN putri. Itulah awal hidup yang baru M3TN dalam menjalani kemandiriannya.
KEBERADAAN M3TN
Keberadaan M3TN memang identik dengan OSIS yang ada disekolah-sekolah umum, namun kegiatan yang ada didalamnya lebih memberikan penambahan pengalaman dan motifasi pada dari OSIS. Dengan mengedepankan prinsip ilmu Amaliyah dan Taqwa Ilahiyah, M3TN eksis dalam mengikuti zaman yang ada, walaupun di selingi dengan pasang surutnga kwalitas dan kwantitas anggotanya.
Dan dalam menyikapi permasalahan-permasalahan yang sulit dan belum ditemukan solusinya, M3TN mengedepankan musyawarah dengan sistim bahtsu yang juga merupakan kegiatan pokok Dep. Pendidikan guna mencari solusi terbaik dan mempermudah penyelesaian dengan tanpa menyalahi prosedur yang ada.
RODA M3TN.
Disamping M3TN sebagai wadah latihan dan penyalur aspirasi para siswa M3TN, juga berperan sebagai wahana kader-kader siswa yang berpotensi tinggi dan profesional dalam rangka menunjang belajar mengajar di Madrasah Tarbiyatun Nasyiin sebab tidak bisa kita ingkari dengan kurangnya siswa yang berpotensi akan menyebabkan turunnya prestasi siswa yang lain yang masih membutuhkan hubungan/bimbingan khusus. Adapun kegiatan yang bersifat menunjang wawasan siswa meliputi diskusi agama, seminar, pertemuan para ro’is dan lain sebagainya adalah merupakan program pokok dari departemen pendidikan M3TN Madrasah  Tarbiyatun Nasi’in ini.
Seiring dengan berjalannya perubahan zaman, makin tampak pesona M3TN dalam menjadi bagian organisasi yang diyayasan Tarbiyatun Nasyi’in ini walaupum toh sebenarnya M3TN cuma sebagai anak dari Madrasah TarbiyatunNasyiin karena organisasi ini memang mutlak dijalankan oleh siswa  sekolah dengan tidak menafikan bimbingan dari pihak Madrasah dan pihak yang lain.
Memang pada awalnya para siswa belum memahami akan fungsi M3TN namun lambat laun mereka semakin mengerti dan memahami keberadaan M3TN beserta program-programnya meskipun sebenarnya masih ada kendala disana-sini, khususnya pada kegiatan musyawarah kubro dan bahtsu masa’il yang diadakan oleh M3TN, mungkin sangat sedikitnya rasa perduli para santri dan kurangnya rasa tanggung jawab sebagai santri yang seyogyanya mampu menjawab tantangan zaman. Padahal kegiatan itu merupakan realisasi pengejawantahan sebuah keilmuan serta pengalaman latih untuk pola fikir dalam mensikapi realita yang ada. Walaupun dari  M3TN yang  menangani masalah musyawarah sudah berusaha semaksimal mungkin dalam mengupayakan ketertiban dan keaktifan kegiatan musyawarah, namun hal itu belum bisa mencapai target yang sempuna karena suksesnya memang perlu kesadaran penuh dari masing-masing siswa itu sendiri. padahal dari pihak M3TN manakala mendapatkan kelesuan dari para santri dalam kegiatan musyawarah selalu berusaha untuk membangkitkan gairah lagi, terkadang dengan mengadakan petemuan para ro’is atau dengan memperketat absensi musyawarah, namun semua itu tidak bisa jadi bekas yang abadi. Jalannya organisasi memang penuh aral dan rintangan yang harus dihadapi sehingga maju mundurnya sebuah organisasi tergantung pada kekompakan dan kebesaran hati para anggotanya.
Setelah mengarungi perjalanan hidup yang cukup panjang, akhirnya M3TN mampu menunjukan kemandiriannya. Terbukti dengan tidak jarangnya M3TN mendapatkan undangan-undangan yang bersifat akbar yang diselenggarakan seperti bahtsu masa’iI dan lainnya, dan juga adanya program baru yang diinstrusikan oleh oleh Madrasah pada tahun 2003 untuk dijalankan sepenuhnya oleh M3TN yang berupa “forum musyawarah fath Al qorib” yang memakai sistim klasik dengan pembahasan dasar redaksi fath Alqorib yang dikupas baik segi lafadz (nahwu,shorof) maupum murod (fiqhiyah), yang pesertanya dibagi menjadi dua komisi dan diikuti oleh kelas V Ibtida’ sampai kelas III tsanawiyah, dengan sistem memakai moderator, notulen, penyaji dan dibawah pengamatan team perumus.
Dan Alhamdulillah program tersebut berjalan dengan lancar berkat kekompakan anggotanya dan keharmonisan dari semua pihak yang terkait. Yang mana musyawarah ” fath Al qorib” juga merupakan bentuk realisasi dari program departemen pendidikan M3TN, dan pada tahun 2003 pula M3TN mendapatkan fasilitas dari Madrasah berupa kantor serta seperakat komputer yang layak yang dialokasikan dilantai III gedung Madrasah Tarbiyautnnasyi’in, yang mana acara peresmian kantor tersebut dibuka sendiri oleh sang ketua Mas Udin (ketua M3TN pada saat itu) serta dihadiri sebagian  dari anggota M3TN.
Dan ini juga merupakan bukti kesiapan kemapanan M3TN dalam menapaklitasi hari-hari selanjutnya yang  penuh dengan tantangan yang tentunya lebih menantang, Kadang kita kurang cukup puas dengan apa yang telah kita capai, kadang pula kita sudah cukup bangga dengan apa yang kita dapatkan Tapi ingatlah ! Semua ada pertangagung jawabannya dan tidak ada alasan untuk tidak bersyukur atas semua HidayahNya” 

SEJARAH MADRASAH TARBIYATUNNASYIIN

AWAL MULA BERDIRINYA MADRASAH TARBIYATUNNASYI'IN

Madrasah Tarbiyatunnasyi’in (MTN) adalah suatu lembaga pendidikan Diniyah Islamiyah yang keberadaannya dalam naungan pondok pesantren Tarbiyatunnasyi’in, sebelum lembaga pendidikan ini berdiri, sistim pendididikan dan pengajaran yang dikembangkan masih menggunakan sistim pendidikan yang masih klasik dan nyetrik (bandungan ,sorongan, wetonan). Dan sistim seperti ini masih sering kita jumpai pada masa sekarang, terutama didalam pondok yang notabenenya masih dalam lingkup salaf. Serta dengan sistim inilah yang bisa membedakan antara pendidikan formal dan non formal (salaf). Pada masa KH. M Abdul Aziz Manshur sebagai pengasuh, beliau memberi gagasan untuk mendirikan suatu Madrasah Diniyah yang murni mengajarkan ajaran agama seperti halnya yang diajarkan di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’in Liboyo Kodya Kediri. Dan gagasan tresebut dikemukakan karena menimbang kwalitas serta efensiesi sistiem belajar mengajar di pondok pesantren Tarbiyatunnasyi’in. sehingga kelak akan dapat melahirkan kader-kader generasi yang islami yang handal, yang mampu dan mengayomi masyarakat kapanpun dan di manapun  ia ditempatkan.
Gagasan tersebut dikemukakan oleh beliau dalam suatu acara hataman ihya’ ulumuddin tahun 1985 M. maka setelah mengadakan beberapa persiapan dan pelatfrom yang matang akhirnya gagasan tersebut dapat direalisasikan dengan di resmikan oleh kakak beliau KH ANWAR MANSUR selaku Pengasuh PP Putri Hidayatul Mubtadiat Lirboyo  Kediri pada tanggal 17 Syawal 1406 H/1986 M.



Awal mula berdirinya Madrasah ini hanya diikuti oleh beberapa siswa-siswi dengan sistim klasikal, Karena pada waktu itu sarana dan prasana belum begitu memadai. Sehingga dengan penuh keterbatasan dan keterpaksaan akhirnya pihak Madrasah  mengambil suatu kebijaksanaan dengan mengalokasikan sebagian mereka di serambi Masjid, serta ada pula yang ditempatkan dikomplek tertua yaitu Al Hidayah.

SISTEM PENDIDKAN DAN PENGAJARAN
Sistem pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan oleh Madrasah Tarbiyatunnasyi’in adalah berbentuk pendidikan pondok pesantren dan berbentuk sistem pendidikan Madrasah (sekolah formal). Jadi program pendidikan dan pengajarannya adalah pendidikan agama, tidak jauh berbeda dengan sistim pengajaran yang ada dipondok lain yang notabenenya merupakan pondok salaf.
Adapun secara garis besar, program pendidikan dan pengajaran Madrasah Tarbiyatunnasyi’in adalah bersifat tarbiyah (mendidik), sedangkan mata pelajaran yang di sampaikan disesuaikan dengan tahapan atau tingkatan kelas masing-masing, karena mengingat semakin bertambahnya siswa-siswi baik itu yang bermukim dipondok atapun yang datang dari kampung serta tidak mencukupinya local yang tersedia, maka lokasi dan waktu belajarpun dibagi menjadi dua bagian:
1.    Jam 08.00 sampai 11 00  WIB  untuk putra.
2.    Jam  13.30 sampai  17.00 WIB untuk putri.
Serta untuk menunjang kwalitas siswa-siswi dalam memahami pelajaran yang telah diajarkan di Madrasah maka setiap malam diadakan musyawarah (tikror) bersama untuk membahas pelajaran yang telah lewat dengan seorang moderator yang dirasa mumpuni dalam bidang pelajaran yang dimaksud secara bergiliran, dengan tujuan untuk melatih siswa-siswi agar berani vokal (mengajukan pendapat) mensikapi realita  keadaan), memecahkan problematika dengan tidak menyalahi kaidah-kaidah hukum yang ada.
Dan untuk memudahkan hubungan antara siswa/I dengan Madrasah, maka dibentuklah suatu organisasi siswa dengan nama M3TN (Majlis Musyawarah Madrasah Tarbiyatunnasyi’in ). Organisasi ini merupakan wadah latihan sekaligus sebagai penyalur inspirasi dan kreatifitas para siswa/I dangan program-programnya. Dengan harapan sistem pendidikan dan pengajaran yang  semacam ini mampu memunculkan (melahirkan ) siswa/I yang berpotensi, berkreasi serta berprestasi dimasa-masa yang akan datang  .

TENAGA PENGAJARAN
Seperti lazimnya pendidikan formal yang ditunjang dengan tenaga pengajar, materi, serta prasarana yang mamadai, di Madrasah ini juga terdapad Dewan Asatidz, yang terdiri dari Mustahiq, Munawib serta Kepala Madrasah dan juga Mufattisy.
Para dewan Mustahiq (wali kelas) adalah dewan guru yang status mengajarnya mengikuti jenjang pendidkan para siswa/inya sehingga menjadikan anak didiknya mempunyai halakoh (hubungan) batin yang sangat kuat dan peka, ibarat anak tidak mungkin lepas dari induknya. Lain halnya denga Munawib yang hanya memegang satu pelajaran tertentu, sehingga tidak mengikuti siswa/inya kejenjang selanjutnya. Para dewan mustahiq dan munawib ini diangkat serta direkrut dari para mutakhorijin (ALUMNI) yang dianggap mampu serta punya kredibilitas yang tinggi. Hal ini merupakan wujud nyata dari pengabdian para santri kepada pengasuh juga Pondok Tarbiyatunnasyiin.

UNIT-UNIT PENDIDIKAN DAN SARANA PENUNJANG
Di Madrasah Tarbiyatunnasyi;in ini terdapat unit-unit pendidikan dan sarana penunjang antara lain:
1.    Unit Tanfidz
Unit ini sebagai penanggung jawab pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran yang di selenggarakan di MTN Jombang
2.    Unit Sekolah
Unit ini bertanggung jawab dalam pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran secara formal
3.    Unit Keuangan, sarana dan lain-lain




Sedangkan fasilitas penunjang bagi kesejahteraan siswa/I dalam mentransfer ilmu dalam kesehariannya antara lain:
1.    Kantor Madrasah
2.    Ruang kelas mulai kelas II Ibtidai’iyah sampai kelas III tsanawiyah.
3.    Kantor M3TN
4.    Auditorium (Ruang pertemuan)
5.    Kamar Mandi dan WC Umum.
6.    Alat-alat Olah raga dan lain-lain.

Mengingat begitu pentingnya sarana dan prasarana dalam menunjang kelangsungan proses belajar mengajar, maka Madrasah Tarbiyatun Nasyi’in sekarang ini berusaha dengan semaksimall mungkin untuk merealisasikan sarana dan prasarana tersebut. Terbukti sekarang ini sudah berdiri bangunan berlantai tiga, meskipun belum jadi 100%, tetapi proses belajar mengajar tetap berjalan  sebagaimana semetinya tanpa mengalami halangan dan gangguan yang berarti.
Akan tetapi, meskipun demikian masih banyak koreksi serta PR (pekerjaan Rumah) yang perlu disikapi oleh semua pihak, agar sarana dan prasarana yang belum terealisasi segera terwujud dan menjadi kenyataan.AMIN


Fhoto Pondok pesantren tarbiyatunnasyi'in